Pada tahun 1992 ada dua orang mahasiswa tingkat doktoral di College of William & Mary (Virginia Amerika Serikat) yaitu Yohanes Surya dan Agus Ananda tertarik melihat suatu pengumuman bahwa akan diadakan Olimpiade Fisika Internasional di College of William and Mary Williamsburg, Virginia Amerika Serikat. Mereka mengambil inisiatif untuk mengundang 5 pelajar terbaik SMA di Indonesia ke Virginia untuk ditraining selama 2 bulan penuh sebelum diterjunkan dalam Olimpiade Fisika Internasional ke-24 (IPhO) yang diadakan di kampus ini. Koordinator IPhO (International Physic Olimpiad), Prof. Hans Von Bayer mengijinkan mereka untuk melakukannya. mereka juga menerima bantuan dari Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, tempat kuliah mereka dahulu untuk mengadakan seleksi. Sekitar tujuh puluh lima pelajar ikut serta dalam tes seleksi ini, kebanyakan dari mereka berasal dari pulau Jawa.
Melalui perjuangan keras akhirnya terbentuklah tim olimpiade fisika Indonesia (TOFI) angkatan pertama yang terdiri dari 5 pelajar terbaik yaitu Oki Gunawan, Jemmy Widjaja, Yanto Suryono, Nikodemus Barli dan Endi Sukma Dewata dan pelajar tersebut diundang ke Williamsburg, Virginia dua bulan sebelum pelaksanaan olimpiade untuk mengikuti latihan intensif dan untuk membiasakan diri dengan kehidupan akademisi di Amerika Serikat. Yohanes dan Agus mengetahui semuanya seakan sia-sia karena waktunya begitu singkat, tetapi mereka berkeyakinan bahwa usaha ini tidaklah demikian. Dua ratus pelajar terpilih dari empat puluh satu negara mengikuti IPhO 1993 ini dan kami bangga dengan kelima anak didik kami atas usaha mereka untuk menyelesaikan setiap soal yang diajukan melebihi apa yang kami harapkan daripada mereka.
Walaupun kami menyadari bahwa kami tidak memiliki kesempatan untuk melatih mereka untuk bagian eksperimen, hasilnya cukup mengejutkan kami. Hasil yang didapat adalah sebuah medali perunggu (diraih oleh Oki Gunawan) dan sebuah penghargaan (diraih oleh Jemmy Widjaja). Tim Rusia tampil sebagai pemenang dengan hasil tiga emas dan dua perak.
Akhir tahun 1994 akhir Yohanes Surya memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk mempersiapkan tim Olimpiade Fisika Indonesia agar lebih baik hasilnya. Targetnya adalah menjadikan Indonesia juara dunia Olimpiade Fisika, semboyannya adalah Go Get Gold. Tahun 1995 didirikanlah Yayasan TOFI. Lewat yayasan ini pelatihan TOFI dapat bergulir secara baik. Tahun 1995 dalam Olimpiade Fisika ke 26 di Australia, TOFI (an Teguh Budimulia) berhasil mempersembahkan medali perak pertama untuk Indonesia.
Lewat perjuangan yang tidak mengenal lelah, prestasi TOFI kian lama kian membaik. Tahun 1999 giliran Made Agus Wirawan mempersembahkan medali emas pertama untuk Indonesia. Dan tahun 2006 untuk pertamakalinya dalam sejarah, Indonesia menjadi juara dunia olimpiade Fisika Internasional. Jonathan Mailoa menjadi peringkat 1 dari 386 peserta yang berasal dari 85 negara.
Tahun 2008 Yohanes Surya lebih berfokus pada pelatihan guru dan bagaimana fisika dapat disebarluaskan ke seluruh Indonesia sehingga Indonesia cinta Fisika. Untuk pelatihan TOFI diserahkan pada alumni yang dipimpin oleh Dr. Hendra (alumni TOFI 1997 yang mendapat Ph.D dari Physics Department College of William and Mary).
0 comments:
Posting Komentar